Butuh Jutaan Kakek Aboe

Umurnya telah menginjak usia 76 tahun. Bermukim di kontrakan kecil, yang luasnya berkisar 2,5 x 5 meter persegi. Berdinding anyaman bambu. Berprofesi sebagai tukang becak. Penghasilan dalam sehari, tak lebih 30 ribu. Ratemat Aboe, nama lengkapnya.

Meski demikian, tak lantas membuat kakek Aboe, panggilan akrabnya, egois. Yang ada justru berpikir, bagaimana generasi-generasi di bawahnya, harus lebih maju baik dari segi keilmuan maupun perekonomian.

Langkah yang ditempuh, mewakafkan diri menjadi guru bimbingan belajar anak-anak di sekitar rumahnya. Untuk diketahui, kebanyakan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, Putrayudha I, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, berprofesi sebagai pengulung dan pengamen.

Hal inilah yang kemudian, menyebabkan sekolah anak-anak terbengkalai. Setali tiga uang, orangtua mereka pun kurang memberikan perhatian.

Kakek Aboe yang memang memiliki hobi membaca dan pernah menjadi pengajar di beberapa daerah trans di masa mudanya, kemudian menawarkan diri sebagai pembimbing belajar. Gratis, tis!. Gaung bersambut, anak-anak pun bersemangat.
Selain tenaga, beliau juga masih menyisihkan sebagian rizki yang didapat dari mengayuh becak, untuk membeli buku anak-anak, atau sesuatu yang bisa menyengat semangat anak-anak lebih giat lagi belajar. Seperti permen, jajan-jajan ringan, dan sebagainya.

Hal penting lainnya. Selain menggenjot mata pelajaran sekolah, kakek Aboe juga sangat menekankan pendidikan agama anak-anak. Ini alasannya ; “Agama adalah penuntun kehidupan manusia yang akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Untuk itu, harus dikenalkan kepada anak-anak,” tutrnya.

Lalu bagaimana buah dari upaya yang dilakukan oleh kakek Aboe ini ? luar biasa!. Tidak sedikit anak-anak telah meninggalkan ‘profesi’ mengamennya demi lebih serius belajar. Mereka sudah pandai mengaji dan sholat. Di antara mereka, melanjutkan studi di sekolah-sekolah favorit kota Malang. Sebagian lainnya terjun di dunia kerja, baik itu milik pemerintah, maupun swasta.

Terbayang betapa dahsyat perubahan, kiranya di setiap sudut desa negeri ini terdapat ‘kakek Aboe-kakek Aboe’ yang lain. Apa lagi, bila ‘kakek Aboe’ itu orang kaya. Pengusaha sukses. Berapa orang miskin yang bisa digandeng menuju kesejahteraan.

Lebih dahsyat lagi, kalau ‘kakek Aboe’ itu merupakan pemimpin negeri ini. Presiden, misalnya. Wah, tentu akan banyak kebijakan-kebijakan yang menguntungkan rakyat bawah. Karena fokusnya mengangkat rakyat kecil agar tak semakin terpuruk nasibnya.

Pada intinya, kita masih butuh banyak ‘stok’ ‘kakek Aboe’, agar negeri ini semakin maju. Kitakah ‘kakek Aboe’ yang lain itu?

Robinsah (Dosen STAIL Surabaya)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *