Ketua Umum DPP Hidayatullah KH Dr Nashirul Haq, MA, hadir menjadi narasumber dalam acara Upgrading Murobbiyah diselenggarakan Pengurus Wilayah (PW) Muslimat Hidayatullah (Mushida) Jabodebek diikuiti perwakilan daiyah dari berbagai daerah di Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi yang digelar di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Sabtu (14/12/2019).
Dalam pemaparannya, Nashirul mendorong segenap kader daiyah Mushida berazzam untuk meningkatkan kapasitas diri baik dari sisi spiritual, intelektual dan juga penguatan kiprah pembinaan umat di bidang dakwah dan tarbiyah.
Ia menerangkan, dalam dakwah mencerahkan masyarakat, tidaklah mungkin dapat dilakukan secara spontan dan tuntas seketika itu juga. Penempaan diri dan juga pembinaan umat merupakan pekerjaan yang tidak mudah yang butuh waktu dan kesabaran, sebab, demikianlah Islam menuntun kita.
Baca Juga : Pimpinan Ingatkan Istiqamah Ber-Qur’an
“Kenapa Al Qur’an diturunkan sedikit-sedikit, tidak sekaligus. Karena ajaran Islam ini tak mungkin bisa dilaksanakan sekaligus. Ada tahapan sistematisnya. Dan karena ini adalah proses yang dijalani Rasulullah dan para sahabatnya, dan demikianlah Allah mentarbiyah Nabi dan para sahabatnya juga berdasarkan pola turunnya Al Qur’an, maka pola dakwah dan tarbiyah itulah pula yang kita ikuti yang kita istilahkan dengan Sistematika Wahyu,” kata Nashirul.
Maka, imbunya lagi, inilah sebenarnya yang menjadi concern kita yakni bagaimana mencerahkan umat dengan Tauhid yang artinya semuanya sejalan dengan apa yang diperintahkan Allah SWT.
Namun dalam proses pembinaan tersebut, lanjutnya, ada tantangan tidak sederhana yang justru datangnya dari dalam diri kita sendiri, yaitu dominasi syahwat dan syubhat.
“Melemahnya kita dominan karena umat Islam itu sendiri. Karena telah dominasi syahwat, yang bentuknya hubbud dunya wa karohiyatul maut . Cinta dunia dan takut mati. Begitu kata Nabi,” ujarnya.
Diantara problem syubhat yang menjangkiti umat tersebut adalah liberalisme. Beliau berpandangan, liberalisme adalah kehendak berpikir, bertindak, dan kebebasan memahami atau menafsirkan Islam sekehendaknya, misalnya, dengan alasan hak asasi manusia.
Jika kebebasan ini tak berusaha dibendung, gejala ini dikhawatirkan meluas dan apalagi hal ini dinilai telah masuk mewarnai rancangan undang-undang yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam dan Pancasila.
Disinilah kemudian pentingnya berislam secara berjamaah dalam satu kesatuan gerak dan tidak bercerai berai. Hal tersebut sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surah Ali Imran ayat 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”.
Beliau menjelaskan, lafaz dalam Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 103 ini mengandung dua prinsip utama yaitu berpegang teguh pada kebenaran tali agama Allah yaitu Al-Qur’an dan Sunnah dan itulah Ahlussunnah. Dan, yang kedua, selalu dalam kepemimpinan.
“Makanya Umar bin Khattab mengatakan Innahu laa islama illa bil jamaah walajamaata illa bil imaroh wala imarota illa bit-toah yang memuat pesan pentingnya persatuan. Jangan bercerai berai,” pungkasnya.
Acara upgrading ini berlangsung intensif setengah hari. Ketua PW Muslimat Hidayatullah Jabodebek, Marsiti, mengatakan acara rutin triwulanan ini merupakan program rutin yang diikuti oleh para daiyah/ murobbiyah.
“Tujuan dari acara ini diantaranya adalah untuk meningkatkan kualitas diri para murobbiyah Mushida, baik dalam hal keilmuan, tsaqofah Islamiyah maupun penguatan pemahaman materi manhaj,” ujar Marsiti menandaskan. (ybh/hio) hidayatullah.or.id