Entrepreneurship dalam Islam

entrepreneur sekolah islam

Entrepreneurship adalah keyakinan kuat yang ada dalam diri seseorang untuk mengubah dirinya dan lingkungannya melalui ide dan inovasinya. Keyakinan ini kemudian ditindaklanjuti dengan keberanian mengambil risiko mewujudkan ide dan inovasinya tersebut, mulai dari membangun, memelihara, dan mengembangkannya sampai menghasilkan dampak nyata.

Salah satu dari jiwa entrepreneurship adalah shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah sebagaimana sifat yang dimiliki oleh para nabi dan rasul Allah. Namun seiring berjalannya waktu, istilah entrepreneurship dianggap sebagai berjiwa bisnis atau wirausaha, meski keduanya memiliki arti yang berbeda. Meski berbeda, kata entrepreneur dan wirausaha sangat berkaitan. Keduanya bersinggungan pada poros kemandirian, kerja keras, kreatifitas dan inovasi.

{ Sustainbility Oriented/Entrepreneur Pro : Entrepreneur (Value Oriented) dan Wirausaha (Profit Oriented) }

Apabila kita ingin memberikan dampak yang besar, maka jadilah seorang entrepreneur. Namun, apabila kita menginginkan untuk memperoleh kekayaan, maka jadilah seorang pebisnis (businessman). Jika kita ingin meraih keduanya sekaligus, maka jadilah seorang Entrepreneur Pro.

Sejarah Islam mencatat bahwa Entrepreneurship telah dimulai sejak lama, pada masa Adam AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha dengan bercocok tanam dan Qobil berwirausaha dengan menggembala hewan ternak.

Banyak sejarah nabi yang menyebutkan mereka beraktivitas di kewirausahaan, sebagian dari mereka berwirausaha di sektor pertanian, peternakan, kerajinan dan bisnis perdagangan.

Contoh yang paling nyata adalah Nabi Muhammad SAW, awalnya beliau terlibat di bisnis dengan memelihara dan menjual domba, kemudian membantu bisnis pamannya dan akhirnya me-manager-i bisnis sayidatina khadijah.

Rasulullah SAW menegaskan tentang hal ini, “Tidaklah seseorang memperoleh suatu penghasilan yang lebih baik dari jerih payah tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya, anaknya dan pembantunya melainkan dihitung sebagai shadaqah” (HR. Ibnu Majah)

Family Edupreneur

Pendidikan keluarga adalah pendidikan pertama bagi anak manusia. Maka pendidikan entrepreneur anak ini seyogyanya dimulai sejak dalam kandungan. Ketika calon bayi sudah mulai bisa merespon, maka perdengarkanlah ia dasar-dasar entrepreneurship yang tertuang di dalam kitab suci al-Qur’an. Teori dan Praktik entrepreneurship secara detail baru bisa diajarkan pada bayi yang suda lahir. Pada usia awal, ketika bayi tidak meminta makan/minum (asi) yang ditandai dengan menangis, maka jangan disusui.

Setelah ia mampu menopang badannya dengan merangkak ataupun berjalan maka biasakanlah ia mengambil sendiri apa yang ia butuhkan, kecuali hal yang tidak mungkin ia lakukan. Ajari ia tanggung jawab, seperti membersihkan sesuatu yang ia kotori. Ajarkan ia kejujuran dan kesabaran, serta menerima dan menikmati apa yang ia punya. Jangan biarkan ia mengambil/merebut/meminjam mainan temennya, ajari ia bermain dengan mainannya sendiri. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizqi yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya”. (HR. Muslim)

Ketika ia sudah bisa diajak berfikir, ajari dia dengan tanggung jawab atas kebutuhannya sendiri. Ajak ia membuat makanan/minuman yang biasa ia makan/minum. Rasulullah bersabda: “Dari Miqdam bin Ma’dikariba Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi SAW: “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi Daud AS. juga makan dari hasil usahanya sendiri”. (HR Bukhari).

Ajari dia nilai percaya diri, pantang menyerah dan mandiri. Ajari ia bersosialisasi dengan baik dan benar, peduli dengan keluarga dan teman-temannya. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa ingin dilapangkan dalam rizkinya dan ditunda ajalnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi”.(HR. Bukhari)

Ajari ia mengatur/memanaj sesuatu, seperti memelihara hewan piaraan/hewan ternak. Kemudian ajari ia cara mendistribusikan hasil peliharannya. Ajari ia arti kedisiplinan, sholat berjamaah 5 waktu tepat pada waktunya.

Ketika ia sudah mulai puber, ajari ia berkreasi dan berinovasi. Didik dan bimbing ia mengkreasi dan berinovasi pada hal apapun yang ada di sekelilingnya. Ajak ia menyalurkan masa aktif (puber) nya dengan sesuatu yang positif.

Wallahu A’lam Bish-Showab (Oleh: Ahmad Fathoni)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *