Hukum Mengucapkan Selamat Natal Bagi Umat Islam

Hukum Mengucapkan Selamat Natal Bagi Umat Islam

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, agama, dan kepercayaan. Keberagaman ini, tidak jarang menimbulkan polemik di tengah masyarakat khususnya menyangkut hukum mengucapkan selamat natal kepada umat Nasrani. Bolehkah mengucapkan selamat natal kepada umat Nasrani?

Dalam pandangan Islam, orang yang mengucapkan selamat natal, secara langsung sudah mengakui tiga hal. Pertama, Mengakui bahwa Nabi Isa lahir pada tanggal 25 Desember. Kedua, mengakui bahwa Nabi Isa adalah anak Tuhan. Ketiga, mengakui bahwa Nabi Isa mati di tiang salib.

Ketiga hal ini dibantah oleh Al-Qur’an sebagai berikut.

Pertama, Nabi Isa a.s Bukanlah Lahir pada tanggal 25 Desember

Ketika Maryam a.s mengandung Nabi Isa a.s, ia mengasingkan diri ke tempat yang jauh. Akibat rasa sakit akan melahirkan, Maryam a.s bersandar pada pangkal pohon kurma. Pada saat itu, Maryam kelelahan dan tidak punya makanan. Lalu Allah menolong Maryam a.s dengan memerintahkannya untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma itu, supaya ia bisa memakan buah kurma yang masak daripadanya.

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS 19: 25).

Sesungguhnya, buah kurma ini ada pada musim panas yang jatuh pada bulan Juli-Agustus.

Kemudian, saat Nabi Isa lahir, kambing-kambing sedang digembalakan di padang rumput. Sedangkan pada bulan desember, tidak ada rumput yang tumbuh, melainkan bulan itu adalah bulan turunnya salju. Sehingga, Nabi Isa bukanlah lahir pada tanggal 25 Desember.

Perayaan di tanggal 25 Desember adalah perayaan untuk dewa matahari yang diambil oleh kaisar Konstantin dari konstantinopel.

Kedua, Nabi Isa a.s Bukanlah Anak Tuhan

Allah berfirman, “Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa azab yang pedih.” (QS 5: 73).

Melalui ayat di atas, Allah membantah pandangan orang-orang Nasrani yang mengklaim bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga yaitu: Allah, Isa, dan Maryam. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, Maha Kuasa, tidak membutuhkan sekutu dari makhluk-Nya. Bagaimana mungkin Allah bagian dari yang tiga? Bagaimana mungkin Allah setara dengan makhluk-Nya?

Di akhir ayat tersebut, Allah mengancam dengan azab yang pedih bagi mereka yang tidak berhenti dari apa yang mereka katakan.

Ketiga, Nabi Isa Tidak Mati di Tiang Salib

“dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.’ Padahal, mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa….” (QS 4: 157).

Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa Nabi Isa a.s tidak mati di tiang salib, yang disalib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa a.s. Orang yang diserupakan itu adalah Yudas Iskariot, murid Nabi Isa a.s yang menjual keimanannya dengan beberapa keping uang emas.

Demikianlah bagaimana al-Qur’an membantah tiga hal di atas. Sehingga tidak diperkenankan untuk mengucapkan selamat natal kepada umat Nasrani. Hal ini karena menyangkut persoalan akidah, bukan toleransi.

Dalam hal toleransi, sesungguhnya umat Islam akan selalu berbuat baik dan bertoleransi kepada umat Nasrani walau dalam aspek yang lain. Wallahu a’lam.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *