Membangun Karakter Generasi Tauhid

Generasi Tauhid Sekolah Islam

Alhamdulillah, kita sangat bersyukur, bahwa pendidikan saat ini sudah berbenah dalam hal penenaman karakter, terutama dengan dimulainya kurikulum 13, sekolah sekolah kembali berlomba lomba mengalokasikan banyak porsi dalam kurikulumnya untuk penanaman karakter, pendidikan karakter memang bukan hanya pengetahuan dan pemahaman saja, namun banyak langkah yang harus dilalui guna mensukseskannya.

Sebab bila hanya sekedar pengetahuan saja, maka banyak yang tahu bahwa korupsi itu dosa dan menyengsarakan rakyat, tapi setiap hari kita masih mendengar berita para koruptor yang ditangkap dan masuk penjara. Berapa banyak mereka yang paham tentang kasih sayang, tetapi setiap hari kita juga masih mendengar orang yang mendzalimi orang lain atau bahkan mendzalimi keluarganya sendiri.

Ini bukti bahwa pendidikan karakter bukan hanya sekedar pengetahuan dan pemahaman saja, tapi banyak hal yang harus dilakukan bersamaan dengan itu agar tercapai tujuan mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah. Kami mencatat ada beberapa langkah untuk mensukseskan tujuan pendidikan karakter:

1. Mengtahui penting dan keutamaannya akhlakul karimah

Adalah penting memahami apa makna akhlakul karimah, apa keuatamaannya dan apa pula manfaatnya. Supaya timbul kesadaran untuk berakhlak dan bukan karena terpaksa. Begitu pentingnya akhlakul karimah, sampai rasulullah mengaku bahwasannya beliau diutus Allah untuk menyempeurnakan akhlak
Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlakul karimah (musnad al Bazzar)

Dan sebaik baik akhlak makhluk yang ada dimuka bumi ini adalah akhlak Nabi Muhammad SAW. Namun, untuk mewujudkan generasi Qur’ani sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah bukan pekerjaan yang mudah. Harus diusahakan secara teratur dan berkelanjutan baik melalui pendidikan formal maupun informal seperti dalam keluarga dan masyarakat

2. Nabi sebagai duta karakter dunia

Tahapan yang tidak kalah penting setelah pengertian dan pemahaman terhadap karakter adalah keteladanan, karena akhlak itu tidak cukup difahamkan dan diceramahkan, tetapi akhlak itu butuh contoh atau model, baik dalam mengajarkan karakter yang dzahir (bersih, rajin, sopan) maupun yang maknawi (syukur, qanaah, sabar).Dalam alquran, Allah memerintahkan untuk menjadikan Rasulullah sebagai contoh dan model.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21]
Hal ini karena rasulullah adalah orang yang dijamin oleh Allah kemuliaan dan kebaikan akhlaknya Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung ( Al Qalam 4)

Untuk itu bagi para pendidik, baik dalam pendidikan formal maupun informal, tidak hanya sekedar mengajarkan ilmunya saja, tetapi harus siap dan mampu sebagai contoh dan teladan yang baik bagi para muridnya. Seorang murid lebih mudah meniru, kesopanan dan kesabaran guru atau orang yang diidolakannya, dari pada menerapkan dari apa yang difahami melalui kata kata.

3. Membiasakan karakter sejak usia dini

Generasi Qur’ani tidak lahir dengan sendirinya, tetapi ia dimulai dari pembiasaan dan pendidikan, misalnya menanamkan karakter spiritual gemar beribadah yang sesuai dengan tingkat perkembangan-nya, sebagaimana hadits Nabi:
“Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dalam hadits ini seorang anak sudah harus dibiasakan menjalankan shalat sejak dini walaupun shalat diwajibkan nanti saat sudah baligh. Hadits lain ;
“Hai nak, bacalah bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari sisi yang terdekat darimu.” (Muttafaqun ‘alaih)

Tatakrama dalam makanpun tidak luput dari sentuhan Islam, dan dalam hadits ini Rasulullah mengajarkan seorang anak agar menjaga adab ketika makan dengan makan menggunakan tangan kanan dan memakan yang terdekat dengannya terlebih dahulu. Memang begitulah seharusnya, kebaikan dibiasakan sejak kecil agar ketika datang kewajiban si anak tidak merasa terbebani dan berat.

4. Menjaga lingkungan yang kondusif
Bila ada sekeranjang buah mangga yang matang dan siap dihidangkan, tiba tiba kita melihat ada satu buah yang busuk atau dikulitnya ada tanda tanda busuk, tentu yang kita lakukan adalah mengambil buah yang busuk itu, kita buang jauh jauh agar tidak menular pada buah mangga yang bagus dan siap dimakan itu.

Begitulah ilustrasi pentingnya menjaga lingkungan yang baik, karena lingkungan juga berpengaruh pada pendidikan anak, baik lingkungan sekolah, masyarakat maupun keluarga. Allah berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ (At Tahrim:6).

Rasulullah memerintahkan kepada kita agar memilih teman yang baik dalam bergaul, karena teman dekat akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Beberapa tahapan pendidikan karakter diatas, mungkin saja masih kurang, karena itu menjadi tanggungjawab kita semua untuk menggali alquran dan hadits sebagai inpirator pendidikan karakter generasi muslim kita. Semoga Allah menjadikan kita dan keluarga kita menjadi hamba hambaNya yang shalih dan shalihah. Amin

(Abdurahman Kholil) 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *