Mengendalikan Kemarahan Ala Rasulullah

Marah adalah sifat alamiah manusia, seperti halnya senang, sedih, takut, dan cemas. Ketika ada sesuatu yang menyinggung perasaannya, maka manusia akan marah. Terlebih apabila orang yang menyinggung itu jelas-jelas ingin merendahkan dan bermaksud jahat padanya.

Kemarahan akan semakin besar dan tak terkendali apabila tidak ada yang menghentikannya. Pada saat dimana kemarahan tak terkendali, orang yang marah bisa melakukan sesuatu yang sifatnya merusak. Betapa banyak terlihat di zaman ini, baik di social media maupun di lingkungan sekitar, orang-orang yang tertimpa masalah dan kerugian akibat kemarahan yang tak terkendali.

Oleh karena itu, agar terhindar dari mudharat akibat kemarahan, manusia harus mampu mengelola dan mengendalikannya. Bagaimanakah caranya? Rasulullah Saw. mengajarkan kepada orang yang sedang diliputi kemarahan untuk membaca ta’awudz, yaitu a’udzu billahi minasysyaithanirrajim.

Di zaman Rasulullah, ada dua orang laki-laki yang bertengkar. Semakin lama, keduanya semakin diliputi oleh kemarahan. Wajah keduanya menegang dan memerah tanda sedang berada di puncak kemarahan. Salah seorang sahabat yang kebetulan lewat dan menyaksikannya segera melaporkan kepada Rasulullah.

Setelah mendengar semuanya, Rasulullah berkata, “Aku tahu bacaan yang jika diucapkan oleh orang yang marah maka kemarahannya pasti hilang. Suruhlah mereka berdua untuk membaca ta’awudz (berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).”

Apabila kemarahan itu masih belum juga reda, maka hendaklah merubah posisi tubuh. Sebab, posisi tubuh dapat mempengaruhi suasana hati. Hal ini pun didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh para ahli.

Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendaknya dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).

Selain itu, Rasulullah Saw. juga mengajarkan kepada orang yang marah untuk berwudhu.

Dari Urwah As-Sa’di, Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Berdasarkan hadits tadi, maka dapat disimpulkan bahwa kemarahan yang tidak terkendali merupakan bisikan dari setan yang terus memanas-manasi manusia. Setan akan terus menggoda manusia dan berusaha menggelincirkannya dengan cara apa pun, termasuk melalui kemarahan.

“Sesungguhnya, setan itu menyuruh kalian untuk berbuat jahat dan keji.” (QS Al Baqarah: 169). Oleh karena itu, orang-orang yang beriman hendaknya selalu waspada dan berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Barangsiapa dapat mengendalikan amarahnya, maka Rasulullah menjanjikannya surga. Laa tagdhob falakal jannah. Jangan marah, maka bagimu surga (HR Bukhori).

Wallahu a’lam.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *