Dalam Islam, peran Ayah dalam mendidik anak merupakan perkara yang penting. Hal ini tersirat di dalam al-qur’an yang mengisahkan Nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, Nabi Yaqub dengan Yusuf, dan Luqman dengan putranya. Di negara kita pun, diperingati Hari Ayah Nasional pada setiap 12 November.
Lalu, apa sajakah wujud peran Ayah dalam mendidik anak? Rasulullah Saw. bersabda, “Ada tiga kewajiban yang mesti ditunaikan oleh para orang tua terhadap anak-anaknya. Pertama, memberikan nama yang baik. Kedua, mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an). Dan, ketiga menikahkan mereka.” (HR Bukhari-Muslim).
Memberikan Nama yang Baik
Sejatinya, anak adalah anugerah yang Allah karuniakan kepada orang tua. Oleh karena itu, memberi anak nama yang baik adalah bentuk kebersyukuran seorang Ayah atau orang tua kepada Allah. Nama yang baik juga merupakan do’a untuk sang anak sepanjang hidupnya.
Sebagai contoh, banyak diantara para Ayah yang memberi nama anaknya dengan menyertakan Muhammad, seperti Muhammad Fahmi Rabbani, Muhammad Ibrahim, Muhammad Abduh, dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar sang anak tidak memisahkan identitas Nabi Muhammad Saw. beserta ajarannya dari kepribadiannya.
Hendaknya para Ayah menghindari memberikan nama yang sekiranya dapat menurunkan kehormatan anak atau dapat menjadi bahan cemoohan dikemudian hari. Sebab, hal itu tidak dibenarkan oleh syari’at. At-Tirmidzi meriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah saw. pernah merubah nama yang jelek.
Mengajarkan Al Kitab (Al-Qur’an)
Kemudian, mengajari anak mengenal ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya, sebagai bekal sang anak untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Itulah mengapa penting bagi seorang Ayah untuk terus belajar. Tidak boleh seorang Ayah berhenti belajar karena merasa dirinya sudah tua, kecuali memiliki alasan yang dibolehkan.
Bahkan kalau memungkinkan, ajak sang anak untuk ikut ke pengajian bapak-bapak yang biasa diadakan di musholla-musholla setempat. Hal ini akan memberikan kenangan yang akan terus teringat oleh anak hingga dewasa. Sebab, memori anak saat masih kecil itu kuat sekali.
Hal lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan membuat perpustakaan kecil di rumah. Dengan begitu, diharapkan anak dapat akrab dengan literatur keagamaan sejak kecil. Dan jangan lupa untuk terus memberi nasihat kepada anak agar tetap berada di jalan Allah Swt. Sebab, Luqman pun memberikan nasihat kepada anaknya.
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Q.S 31: 13).
(Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya, Allah Maha halus, Maha teliti. (Q.S 31: 16).
Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. (Q.S 31: 17).
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri (Q.S 31: 18).
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya, seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Q.S 31: 19).
Menikahkan Mereka
Setelah itu, menikahkan anak, sebagai bentuk kesiapan anak untuk hidup mandiri, mengarungi hidup baru bersama kekasihnya. Serta, sebagai wujud mengikuti sunnah Nabi Saw.
Ketiga hal itulah bentuk nyata peran Ayah dalam mendidik anak yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah nanti. Seorang Ayah yang mampu menunaikannya akan diberi pahala yang berlipat oleh Allah. Tidak hanya itu, saat sang Ayah wafat kelak, sang Ayah akan mendapatkan do’a terus menerus dari anaknya yang sholeh sebagai ungkapan terimakasih karena sudah memberi nama yang baik, mengenalkan kepada ajaran-ajaran Allah dan Rasul-nya, serta menikahkannya.
Dua pahala diperoleh sekaligus, pahala karena peran mendidik telah ditunaikan, dan pahala dari do’a anaknya yang terus-menerus mendo’akan. Wallahu a’lam.